HKTI sulap Tanah Tandus Samosir menjadi Ladang Jagung Unggulan

Written By Unknown on Sabtu, 24 Maret 2012 | 03.49



SAMOSIR - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mampu menyulap lahan tandus menjadi kebun jagung unggulan. Keberhasilan benih jagung hibrida ditandai dengan Panen Raya Jagung di Tolping, Desa Martoba, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. 

"Ini tanah tandus, bebatuan. Ini bekas letusan gunung dengan kaderonnya yang tinggi. Tidak ada istilah tanah tidak subur, kami buktikan bahwa tanah tandus kata masyarakat, HKTI mengubahnya menjadi tanah yang produktif," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPN HKTI Benny Pasaribu di sela Panen Raya. 

HKTI patut bangga. Pasalnya, petani jagung di wilayah tersebut biasanya hanya mampu menghasilkan 4 ton setiap hectare (ha). Namun dengan bibit percontohan dari HKTI mampu menghasilkan 8 ton per ha atau dua kali lipat pipil jagung. 

"Saya tahu di daerah lainnya yang subur bisa 10-12 ton per ha. Tapi ini daerah tandus daerah bebatuan. Yang penting bisa meningkat dari yang telah dihasilkan petani selama ini. HKTI membawa teknologi baru ke daerah ini mulai dari benihnya kita pilih, juga cara pemupukannya, airnya pun tidak ada, kita harus ambil air dari Danau Toba. Betapa sulitnya petani di sini untuk menanam, tapi ini kita buktikan kalau kita bersama-sama semua bisa," bebernya.

Kalau di Jawa, kata Benny, pengairannya sudah sangat bagus. "Di sini (Samosir, Red) tidak ada irigasi, kayu saja malas tumbuh. Kita coba sistem pengairannya dengan menggunakan pipa paralon untuk mengairi ladang jagung. Biayanya tetap saja, antara Rp 6-7 juta per ha," jelasnya. 

Benny menambahkan, bersama pemda, pengurus HKTI di kecamatan, termasuk di provinsi hingga tingkat nasional, pihaknya yakin swasembada pangan bisa berhasil. "Tidak hanya jagung, nanti beras, kedelai, tebu, sehingga impor kita bisa dikurangi," tukasnya. 
 
Sementara dalam sambutan Ketua Umum DPN HKTI Oesman Sapta melalui Nasrun Hour Arbain, Ketua Bidang Pertanahan dan Konservasi Lahan DPN HKTI mengatakan, HKTI meminta agar pemerintah segera mengambil langkah konkrit menghentikan impor pangan. "Termasuk impor jagung. Dengan menghentikan impor pangan, kita dapat menghemat devisa hingga USD 15 miliar, menyediakan jutaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Menurut dia, HKTI memiliki berbagai program, terutama melalui alih teknologi dan peningkatan mutu sumberdaya manusia dengan membuat kebun-kebun percontohan dan pelatihan. Petani di wilayah itu pun menyambut gembira dengan kehadiran bibit jagung hibrida Pertiwi 2 dan 3. Salah satunya, Nasib Silalahi. "Tongkolnya besar dan tidak ada tongkol dua," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda